SEJARAH PONDOK PESANTREN ASSALAAM BUAHDUA SUMEDANG
Ditulis oleh K. H. Ayi Bunyamin
diedit oleh Selik Zakiyah Rahmah, M. Hum.
Pada tahun 1970 bapak Dr. H. Atja Sonjaya, S. H., M. H atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Hakim, setiap hari Jumat rutin berkunjung ke Gentur untuk ikut melaksanakan sholawatan berjamaah yang berlangsung ba’da Jumat. Beliau sempat membangun rumah di Gentur. Setelah selesai mengikuti kegiatan sholawat di Gentur beliau berziarah atau mengunjungi Mama Gelar yang berada di Ponpes Gelar. Kegiatan tersebut berlangsung rutin dilakukan oleh beliau apabila tidak ada halangan.
Pada tahun 1987 beliau merenovasi sebuah masjid yang ada di pinggir jalan persis berseberangan dengan Tugu Esa Hilang Dua Terbilang yang bertempat di Dusun Cigalagah RT 07 RW 07 Desa Nagrak Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. Masjid tersebut adalah masjid Al-Ikhlas, kemudian setelah direnovasi masjid tersebut diganti menjadi masjid Assalaam.
Imam pertama di masjid tersebut bernama bapak Qosim, beliau merupakan tokoh agama di Desa Nagrak. Selama menjadi imam di masjid tersebut bapak Qosim tidak sendiri namun dilakukannya secara bergantian dengan imam lain bernama bapak Encu. Seiring berjalannya waktu karena kesibukan bapak Qosim yang mana juga beliau merupakan tokoh masyarakat yang sibuk bekerja di desa, beliau meminta kepada Bapak Hakim agar dikirimkan santri untuk menjadi imam di masjid tersebut.
Atas dasar permintaan tersebut akhirnya Bapak Hakim langsung bergegas pergi ke Gentur meminta agar dikirimkan santri untuk menjadi imam di masjid Assalam. Pihak Gentur memberikan petunjuk kepada Bapak Hakim untuk pergi mengunjungi Ponpes Gelar. Setelah mendengar hal tersebut Bapak Hakim mengunjungi Ponpes Gelar untuk menemui Mama Gelar dan kemudian Bapak Hakim menyampaikan maksud dan tujuannya.
Atas persetujuan Mama gelar dan keluarga besar serta melihat hasil daripada salat istikharah akhirnya memutuskan untuk memilih salahsatu santri untuk menjadi imam di masjid Assalam Buahdua-Sumedang. Santri yang dipilih oleh Mama Gelar untuk menjadi imam di masjid Assalaam adalah yang sekarang dikenal sebagai Bapak K.H Ayi Bunyamin. Mendengar hal tersebut Bapak Ayi tidak langsung menerimanya karena merasa belum siap untuk mukim di Sumedang, beliau masih ingin bersama Mama Gelar. Mama menjawab “Iya tidak apa-apa, kalau memang belum siap, kapan saja ketika kamu sudah siap berangkat ke Sumedang”.
Pada tahun 1992 bulan Jumadil akhir Mama Gelar meninggal dunia yang mana pada saat itu Bapak Ayi masih mengkhidmat kepada Mama di Ponpes Gelar. Selang beberapa waktu, pada tanggal 19 Dzulhijjah Bapak Ayi dipanggil oleh keluarga Mama yakni kang Haji Dadang beserta Umi menanyakan kesanggupannya untuk mukim di Sumedang. Pada akhirnya Bapak Ayipun menerima dan bersedia atas tawaran mukim di Sumedang. Bapak Ayi berangkat ke Sumedang sekitar tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1992 ditemani oleh salah satu santri gelar lain yang bernama Abdul Manan untuk mukim di Buahdua-Sumedang. Santri yang bernama Abdul Manan menemani Bapak Ayi hanya untuk waktu satu minggu.
Di Sumedang Bapak Ayi mengumpulkan anak-anak SD SMP yang mau belajar mengaji Alquran. Akhirnya terkumpullah anak-anak dari kampung cigalagah dan sekitarnya kurang lebih berjumlah 200 orang.
Bapak Hakim menyarankan agar Bapak Ayi segera menikah. Pergilah Bapak Ayi ke keluarga Mama gelar untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Keluarga Mama gelar memberikan petunjuk kepada beliau dan menyuruhnya untuk pergi mengunjungi Ponpes Salafiyah Sukabumi. Alhamdulillah Bapak Ayi menemukan calon istri yang bernama Nunung Muniroh bin Bapak Muhamad Darimi yang berasal dari Sukabumi. Akhirnya Bapak Ayi dan Ibu Nunungpun menikah dan ikut pindah ke Sumedang..
Satu tahun kemudian, Bapak Hakim membuka pengajian sholawat di Assalaam. Setelah lima bulan kemudian para jamaah dari kampung sekitar Cigalagah meminta untuk dibuka majelis taklim sholawatan serupa. Di samping dibukanya Majelis Sholawatan Bapak Hakim dan Bapak Ayi juga membuka pengajian santri salafi (santri yang tidak sekolah/tahasus) hingga berjumlah 35 santri. Santri-santri tersebut berasal dari berbagai kota seperti Karawang, Bogor, hingga berbagai kota dari Jawa tengah. Selain santri salafi terdapat juga santri TPA yang terdiri dari anak-anak warga sekitar.
Pada tahun 1999 dibuatlah yayasan yang bernama Yayasan Pesantren Assalam, adapun arti dari Assalam sendiri adalah merupakan nama pemberian dari Aang Nuh Gentur. Diceritakan pada saat Bapak Hakim ibadah haji ke Mekkah bersama Aang Nuh Gentur- Aang memberikan sebuah nama Al Hajj Abdussalam yang artinya hambanya Allah yang mempunyai keselamatan. Aang Nuh berpesan kepada Bapak Hakim sebagai berikut “Den kamu harus bisa menyelamatkan umat”
Pada tahun yang sama santri TPA dipindahkan ke ustadz yang ada di desa setempat, adapun untuk santri salafi dikembalikan ke daerah masing-masing. Alasan dikembalikan dan dipindahkan karena pada saat itu Bapak Hakim akan membuka pesantren khusus santri usia SMP sekaligus membuka Sekolah Menengah Pertama untuk santri-santri tersebut. Bapak Ayi dipindahkan ke bangunan baru yang asalnya ditempatkan di rumah yang berada di belakang rumah yang terdapat tugu “Esa Hilang Dua Terbilang. Bangunan baru ini akan dijadikan pesantren dan SMP.
Pada tahun 2000 dibukalah TK Assalam adapun untuk bangunan TK pada saat itu bertempat di Ponpes Assalaam selama satu tahun pertama, kemudian pada tahun ke 2 s/d tahun 2014 berpindah ke bangunan sekolah baru. Kepala sekolah pertamanya yaitu Ibu Iin, S. Pd yang berasal dari Jemo sampai pada tahun 2006 kemudian digantikan oleh ibu Cacih, S. Pd sampai pada tahun 2014 dan digantikan lagi oleh Ibu Nunung muniroh S.Pd yang berlangsung hingga saat ini.
Tahun selanjutnya, yakni tahun 2001 Sekolah Menengah Pertama dibangun oleh Bapak Hakim dan diberi nama SMP Islam Plus Assalam. Saat itu muridnya berjumlah 13 orang. Fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar masih terbatas, Ruang kelas masih menggunakan asrama putra dimana malam hari digunakan istirahat oleh santri putra, sedangkan siang hari digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Adapun untuk kepala sekolah pertamanya adalah bapak Dudung S.Pd yang berasal dari cikeresek dilanjutkan oleh bapak H. Didin, S. Pd, Bapak H. Adang, S. Pd, dan saat ini oleh Bpk. H. Radi, S. Pd M. Pd.
Majlis Ta’lim Assalaam berjalan hingga tahun 2020, yang mana pada saat itu terbentuk banyak majelis taklim yang jumlahnya mencapai 55 majelis taklim. Anggota tersebut berasal dari dua kecamatan yaitu kecamatan Buahdua dan kecamatan Tanjungkerta yang mana disebut dengan PIMA (Paguyuban Ibu-ibu Majelis Taklim Assalam). Pada tahun 2020 Majelis Taklim Assalam berhenti karena adanya wabah virus Corona. Kemudian Majelis Taklim dibuka kembali pada 4 September 2022 dengan nama dan kepengurusan baru yang disebut Raudoh Assalaam yang mana di dalamnya mencakup Tawasul, Shalawat, dan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Jaelani.
Adapun untuk pesantren dari mulai merintis mengumpulkan anak-anak SD, SMP hingga saat ini tahun 2023 masih dipimpin oleh K. H Ayi Bunyamin. Seiring berjalannya waktu alhamdulilah Pesantren Assalaam semakin dikenal diberbagai kota, sehingga terdapat beberapa santri yang berasal dari luar pulau Jawa. Mudah-mudahan pimpinan Pondok Pesantren Assalaam selalu diberikan keberkahan, kesehatan, panjang umur dan diberikan semangat berjuang Li’ila’i kalimatillah berjuang menghidupkan agama Allah subhanahu Wa ta’ala. Semoga Almarhum Dr. H. Atja Sonjaya, S. H., M. H berada di tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh